Weekly post

  • WAITING FOR YOU


    Udah ke 2 hari ucil engga sms aku, udah 2 hari juga aku mengkhawatirkan keberadaannya, ya tuhan dia kemana, dia dimana sekarang, dimalam hari itu aku terus menunggu sms darinya, sudah berpuluh-puluh kali aku mengirim text messages tapi ga ada satupun pesan masuk di hape aku dari dia. Sial besok libur UN anak kelas 3 SMA, sedangkan aku duduk di kelas 2 dan ucil kelas 1. Gimana dong kalau besok libur, bakal 4 hari ga ketemu ucil  ucil kenapa? Ada yang aneh dari dia ya tuhan . Setiap malem ucil selalu say good night have a nice dream sayang, tapi udah 2 hari ini ga ada kata-kata kaya gitu lagi, aku takut kata-kata itu ga akan aku dengar lagi. Harus sampai kapan tiap malem aku nangis nungguin dia.
     
    tokkkk….tokkkk…..tokkk
    Suara ketukan pintu yang terdengar dari arah pintu kamarku.
     
    “masuk aja ga di kunci” kataku sambil berteriak.
     
    “dell, lagi apa lo? Nangis sendiri di kamer.” Sambil menghampiriku di ranjang tempat tidurku.
     
    “gapapa kok nay, aku Cuma nunggu sms dari ucil.” Kataku
     
    “emang lo jadian dell sama ucil?” Tanya nayla.
     
    “engga sih, tapi aku ngerasa beda aja sama dia.” Balasku
     
    “yaudahlah dell toh dia bukan siapa-siapa elo kan?’’
    “kata-kata kamu tuh ga bikin aku tenang nay, mending kamu tidur aja deh nay, biarin aja aku bakal nunggu dia sms aku.” Cetusku
     
    “iya dehh sorry dell, Gnight beib.”

    aku terus memandang kearah luar jendela, sambil memegang hapeku. Entah samapai kapan aku harus menunggunya membalas pesanku.

    ***
    liburan selesai, tinggal berangkat sekolah, aku harus cari ucil sampai ketemu, dia ga boleh mainin aku gitu aja -.-
     
    sesampainya aku di sekolah, langkahku terhenti di parkiran motor sekolahku. motor ucil mana? Biasanya jam segini dia udah datang. Aku harus ke kelasnya, langkahku terasa berat untuk menghampirinya ke kelas. Perasaan aku tiba-tiba gaenak.
     
    aku berdiri di depan kelasnya, tiba-tiba aku terhenti di depan pintu. Kenapa aku? Seharusnya aku masuk ke kelasnya dan bertemu dengannya. Mending aku ke kelas aku aja deh ucil juga belum datang. Aku terus jalan menuju kelasku.
     
    pelajaran pagi hari ini akuntansi, semangat dong semangat ini kan pelajaran kesukaanku. Sudah 1 jam pelajaran di mulai tiba-tiba ada anak osis masuk ke kelasku dan member pengumuman. Dalam hati ku pasti minta sumbangan huh, aku terus melanjutkan tugas akuntansiku.
     
    “assalamualaikum wr.wb. maaf teman-temen mengganggu sebentar, innalilahi wainnailahi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah adik kelas kita Muhammad Raditya Ucill dari kelas X2. Ayo kita bersama-sama membaca surah al-fatihah untuk mendoakannya.”

    Aku langsung terhenti mengerjakan tugas akuntansi itu, aku lansung berdiri dari tempat dudukku, aku langsung meneteskan air mata dan lari meninggalkan kelas dan pergi ke WC sekolah.
    “cil, kamu jahat, kamu jahat cil, kamu ninggalin aku sendiri, kamu belum denger kalau aku mau jadi pacar kamu, cil kamu jahat.” Teriakku di WC sekolah, perlahan-lahan aku duduk menyender tembok, berjam-jam aku ga keluar dari WC, aku belum bisa nerima kenyataan ini ya tuhan, sakit sekali rasanya.Setelah aku keluar dari WC aku langsung mengambil tasku, aku langsung kabur dari sekolah dan ikut teman sekelas ucil untuk melayat.

    Sesampainya di rumah ucil, aku berjalan pelan untuk menemui jenazah ucil, tidak berehenti air mataku mengalir. Aku duduk di sebelah jenazahnya.
     
    “ucil, kenapa kamu pergi secepat ini, kenapa kamu ninggalin aku cil, kamu inget ga waktu kita nonton, kamu pegang tangan aku, kamu cium kening aku cil, aku kangen kamu cil, cil kalau kamu sayang sama aku KAMU BANGUN SEKARANG JUGA CIL, BANGUN !!”
      "
    sabar sayang ibu juga belum bisa nerima kepergian ucil.” Suara itu terdengar dari belakangku, ya dia ibunya ucil.
     
    “ibu, ucil kenapa bisa kaya gini.” Tanyaku
     
    “dia jatuh dari motor, sehari sebelum UN, selama 3 hari ucil koma di rumah sakit.”
     
    “kenapa temen-temennya ga pada tau bu, dia selama ini baik-baik aja kok, dan pas kejadian dia ga pernah hubungin adell bu, adell khawatir banget bu sama dia tapi ini udah jadi kenyataan yang sangat menyakitkan.”
     
    “ka adell” suara cewek yang memanggilku dari belakang, aku menengok ke belakang dan menghapus air mataku.
     
    “de nessa, ada apa de?” tanyaku
     
    “ka, aku tau kronologi kejadian ucil ka.”
     
    “ucil kenapa de?”
                  “ucil, ngliat kaka pergi sama cowo, dia langsung pergi ka ke rumah papanya di bandung, kan dia anak broken home gitu ka, orang tuanya pisah, ucil bawa motornya dengan kecepatan 80km/jam, pas di perempatan ucil ngrem mendadak ka akhirnya dia jatoh dan kepalanya tebentur stang di motornya.” Penjelasan nessa.

    Aku terdiam, tapi air mataku terus mengalir, ucil salah paham lalu emosinya tidak terkontrol, jadi selama ini aku nungguin acil ga ada hasilnya, dia terlanjur ninggalin aku. Aku langsung ke tempat jenazahnya, karena sebentar lagi jenazahnya akan segera di kuburkan.

    Prosesi pemakaman telah selesai, aku langsung pulang kerumah dan membaringkan tubuhku di atas ranjangku, aku mengambil hapeku, Cuma orang bodoh yang aku tungguin sms orang udah ga ada. Tapi rasa sayangku ke dia masih tetep ada. Ucil semoga kamu tenang ya disana ya aku sayang banget sama kamu. Semoga aku bisa nemuin orang seperti kamu, Gnight ucil 

    0 komentar

  • PERSAHABATAN TERLARANG


    Sejak pertemuan itu, aku dan Devan mulai bersahabat. Kami bertemu tanpa sengaja mencoba akrab satu sama lain, saling mengerti dan menjalani hari-hari penuh makna. Pesahabatan dengan jarak yang begitu dekat itu membuat kami semakin mengenal pentingnya hubungan ini.

    Tak lama kemudian, aku harus pergi meninggalkannya. Sesungguhnya hatiku sangat berat untuk ini, tapi apa boleh buat. Pertemuan terakhirku berlangsung sangat haru, tatapan penuh canda itu mulai sirna dibalut dengan duka mendalam.

    “Van maafkan aku atas semua kesalahan yang pernah ku lakukan, ya.” Kataku saat ia berdiri pas di depanku.

    “kamu gak pernah salah Citra, semua yang udah kamu lakukan buat aku itu lebih dari cukup.”

    “pleace, tolong jangan lupain aku, Van”

    “ok, kamu nggak usah khawatir.” Sesaat kemudian mobilku melaju perlahan meninggalkan sesosok makhluk manis itu.

    Ku lihat dari dalam tempatku duduk terasa pedih sangat kehilangan. Jika nanti kami dipertemukan kembali ingin ku curahkan semua rasa rinduku padanya. Itu janji yang akan selalu ku ingat. Suara manis terakhir yang memberi aku harapan.

    Awalnya persahabatan kami berjalan dengan lancar, walau kami telah berjauh tempat tinggal. Pada suatu ketika, ibu bertanya tentang sahabat baruku itu.

    “siapa gerangan makhluk yang membuatmu begitu bahagia, Citra?” tanya ibu saat aku sedang asyik chatingan dengan Devan.

    “ini, ma. Namanya Devan. Kami berkenalan saat liburan panjang kemarin.”

    “seganteng apa sich sampai buat anak mama jadi kayak gini?”

    “gak tahu juga sih ma, pastinya keren banget deh, tapi nggak papah kan, Ma aku berteman sama dia.?”

    “Apa maksud kamu ngomong kayak gitu?”

    “kami berbeda agama, Ma”

    “hah??,” sesaat mama terkejut mendengar cerita ku. Tapi beliau mencoba menutupi rasa resahnya. Aku tahu betul apa yang ada di fikiran mama, pasti dia sangat tidak menyetujui jalinan ini. Tapi aku mencoba memberi alasan yang jelas terhadapnya.

    Sehari setelah percakapan itu, tak ku temui lagi kabar dari Devan, aku sempat berfikir apa dia tahu masalah ini,,? Ku coba awali perbincangan lewat SMS..

    “sudah lama ya nggak bertemu? Gimana kabarnya nech,,? “

    Pesan itu tertuju kepadanya, aku masih ingat banget saat laporan penerimaan itu. Berjam-jam ku tunggu balasan darinya. Tapi tak ku lihat Hp ku berdering hingga aku tertidur di buatnya. Tak kusangka dia tak membalas SMS ku lagi.

    Tak kusangka ternyata mama selalu melihat penampilan ku yang semakin hari semakin layu.

    “citra, maafkan mama ya, tapi ini perlu kamu ketahui. Jauhi anak itu, tak usah kamu ladeni lagi.” Suara mama sungguh mengagetkan ku saat itu. Ku coba tangkap maknanya. Tapi sungguh pahit ku rasa.

    “apa maksud mama?”

    “kamu boleh kok berteman dengan dia, tapi kamu harus ingat pesan mama. Jaga jarak ya, jangan terlalu dekat. Mama takut kamu akan kecewa.”

    “mama ngomong paan sih,? Aku semakin gak mengerti.”

    “suatu saat kamu pasti bisa mengerti ucapan mama” mamapun pergi meninggalkan ku sendiri.. Aku coba berfikir tenteng ucapan itu. Saat ku tahu jiwa ini langsung kaget di buatnya.. tak terasa tangispun semakin menjadi-jadi dan mengalir deras di kedua pipiku. Mama benar kami berbeda agama dan nggak selayaknya bersatu kayak gini. tapi aku semakin ingat kenangan saat kita masih bersama.

    Satu tahun telaj berlalu, bayangan tentangnya masih teikat jelas di haitku. Aku belum bisa melupakannya. Mungkin suatu saat nanti dia kan sadar betapa berharganya aku nutuknya.

    Satu harapan dari hatiku yang paling dalam adalah bertemu dengannya dan memohon alasannya mengapa ia pergi dari hidupku secepat itu tanpa memberi tahu kesalahanku hingga membuat aku terluka.

    Pernah aku menyesali pertemuan itu. Tapi aku menyadari betapa berartinya ia di hidupku. Canda tawa yang tinggal sejarah itu masih terlihat jelas di benakku dan akan selalu ku kenang menjadi bumbu dalam kisah hidupku.

    Devan, kau adalah sahabat yang paling ku banggakan. Aku menunggu cerita-ceritamu lagi. Sampai kapanpun aku akan setia menunggu. Hingga kau kembali lagi menjalani kisah-kisah kita berdua.

    0 komentar

  • PERGILAH KAU


                   Hallo namaku Evelyn Pahlevi, aku baru duduk di bangku kelas 11 SMA. Aku ingin bertanya sama kalian, cinta itu apa? sayang itu apa? Apakah cuek sama cinta itu sama? Setahuku tidak. Kalau kalian lihat orang kalian cintai atau sayangi itu down, apa yang kalian lakukan, ga musti diem aja kan Cuma ngliat doang,, kalau aku, aku bakal samperin dia, nghibur dia, nemenin dia. 
                   jam menunjukan angka 7.15, udah seharusnya aku berangkat sekolah. Dan sesampainya di sekolah aku langsung duduk ditempat dudukku, dan menoleh ke belakang kearah meja brian. Brian Syahreza adalah sahabatku, tapi itu dulu. Semenjak ulang tahunku yang ke 16, dia berubah padaku, perhatiannya melebihi seorang sahabat. Kita udah deket semenjak kenaikan kelas XI, itu juga karna dia nyambung sama aku enak di ajak bercanda. Akhir-akhir ini kita deket kesana kesini bareng.
    Awal bulan mei aku di beri cobaan oleh tuhan, seorang cewe yang gasuka terhadap kedekatan ku dan brian, dia Fera. Fera dulu juga dekat dengan Brian, tapi mereka ga sampe jadian. Teman-teman Fera melabrakku, dengan tuduhan aku merebut Brian dari Fera, entah apa yang harus ku lakukan, toh faktanya emang Brian kan gapernah jadian sama Fera. DEKET? Ya tapi itu dulu pada saat mereka kelas 10. Disini aku di aku belajar menjadi sosok pribadi yang kuat, sabar dan tidak menghiraukan mereka yang iri padaku. aku tak memikirkan masalah itu, karna hati aku yang terpenting bukan mereka.
                   Aku cape harus bolak-balik wc untuk membuang air mata kepedihan ini, aku ga kuat nahan air mata di depan Brian. Setiap kali aku menatap matanya aku bertanya dalam hati “apakah kamu benar mencintaiku, taukah aku hanya bonekamu?”, sikap cueknya itu membuatku perih dan sesak di dada. Aku harus bertahan, mungkin aku belum terbiasa dengan sikapnya, harus selalu optimis berfikir tentang dia. Prinsipku “jika kita ingin di mengerti oleh mereka, kita juga harus mengerti mereka” yup aku harus ngertiin dia. Berminggu-minggu aku dekat padanya, tapi dia sama sekali belum menyatakan perasaannya, aku rasa aku harus menunggu dan dia juga butuh waktu, dan aku yakin dia punya cara tersendiri buat ngungkapinnya 
                   hari ini upacara bendera libur dulu soalnya ujan nih pagi-pagi, aku dari dulu gasuka HUJAN ya H-U-J-A-N, aku gasuka petir. Aku duduk diam di bangkuku dan lalu aku menoleh ke arah Brian yang sedang menikmati music yang ada di speaker porttablenya, aku terus menatapnya dan bicara padanya.
                   “Yan, ganti dong lagunya, aku gasuka lagunya.”
                   dia melihat ke arahku, dan dia malah buang muka padaku. Aku langsung terdiam dan membalikkan badanku ke arah papan tulis. Dia gasuka ya sama aku, sampe dia gtuin aku? Hmm.
    aku masih sabar soal itu, aku menoleh teman sebangku ku, aku meminjam LKS nya, tapi terdengar dari suara di belakangku “aku dulu lyn yang minjem” aku langsung melempar LKS itu kearah mukanya. Dan aku langsung lari ke WC, aku langsung kunci pintu dan menyalakan air keran, supaya ga ada yang tau kalau aku nangis. Aku baru sadar sahabatku Nessa dan Dicky tau kalau aku pergi sendirian pasti ada sesuatu hal yang terjadi kepadaku, aku langsung mengusap air mataku, dan mencuci muka ku, aku keluar dari WC itu, lalu aku berjalan menuju kantin. Aku ga peduli aku harus kehujanan, walaupun hujannya ga terlalu lebat. Aku memesan teh hangat, dan langsung duduk di meja kantin, ku pandangi Blackberryku. tapi, ga ada satupun pesan atau bbm dari Brian. Brian tidak mengkhawatirkanku, dia tak mencariku, tiba-tiba hujan sangat lebat datang menghampiri, aku sudah tak kuat menahan rasa sakit dan air mata ini. Aku langsung berjalan menuju kelasku dengan airmata ini, se engganya kali ini hujan telah membantu ku untuk menghapus air mata ini.
                   Sudah 1jam aku berada di luar kelas, sebentar lagi bel pulang, aku langsung segera ke kelas dengan basah kuyup. Pas aku baru masuk kelas, mataku langsung tertuju pada Brian, ternyata dia asik-asik aja bercanda sama yang lainya, YA dia sama sekali tidak mencariku dan mengkhawatirkanku. Aku langsung mengambil tasku dan pulang ke rumah dengan motor kesayanganku, tak pandang seberapa deras hujan saat itu.
                   sesampainya di rumah aku langsung lari ke kamar mandi, seperti biasa aku langsung menyalakan air keran di bak mandi. Aku berdiri di depan cermin, mataku, hidungku, bibirku merah karena hujan di mataku ini, teringat Brian aku langsung menahan sesak di dada dan airmata ini. Aku menghempaskan tubuhku di lantai kamar mandiku, aku meluapkan rasa sakit itu dengan air mata. Brian gasuka sama aku, Brian ga peduli sama aku. Dari hal terkecil tadi aja dia tidak menghawatirkan aku. Sampai sekarang aku ga pernah tau perasaan Brian gimana sama aku, aku ga boleh terlalu berharap. Kalau dia ada rasa sama aku pasti dia nyari aku, tapi nyatanya engga. Aku ga boleh nangis lagi aku harus bangun dari ketepurukanku, dia ga bakal tau aku sesakit ini dan menurutku kalau cinta itu seneng susah bareng, tapi malah senengnya aja yang bareng  ya aku tau dia ga ada rasa sama aku, wake up lyn masih banyak yang lain 
                   besoknya disekolah, aku masuk kekelasku dan pagi itu aku bertemu sesosok Brian, aku langsung berhenti di tempat sejenak, ku tarik nafasku ku dalam-dalam dan ku hembuskan perlahan dan aku langsung melanjutkan jalan ku kea rah tempat duduk. Brian menghampiriku, dia berbicara panjang lebar tapi sayangnya aku udah ga peduli, aku abaikan saja dia. Bel istirahat sudah berbunyi aku segera membereskan buku-bukuku di atas meja, aku berdiri dari tempat duduk ku, Brian menarik tanganku, dia berbicara dengan nada pelan kepadaku.
              “lyn, kamu kenapa?” Tanya Brian.
              “menurutmu aku kenapa? Jawabku.
              “kamu beda lyn, aku salah apa sama kamu?” nada yang semakin pelan.
              “kamu bilang aku beda? Aku kaya gini karna karna kamu? Sudahlah kamu itu engga pernah peduli sama aku Yan, dan sekarang kamu gausah sok sokan peduli gitu sama aku huh.” Nadaku agak tinggi.
              aku perlahan pergi meninggalkan Brian, tapi Brian menarik tanganku.
              “tapi tunggu lyn, aku sayang kamu.”
              “oh gitu ya, kemarin-kemarin kamu kemana, saat aku butuhin yang ada malahan kamu asik-asik sendiri kan sama temen-temen kamu, aku pergi dan kehujanan kemarin, apa kamu khawatirin aku? Engga Yan kamu engga peduli sama aku, sekarang kamu se enaknya bilang sayang, emang aku apaan Yan ?” kesalku
              “Lyn dengerin penjelasan aku dulu.” Rintihnya.
              “aku ga butuh penjelasan apapun dari kamu yan, semuanya udah jelas kok!” suara lantang keluar dari mulutku, lalu aku langsung melepaskan genggamannya dan kemudian aku pergi meninggalkannya.
             aku berjalan entah kemana, aku gapunya tujuan, yang tadinya mau ke kantin, Nessa dan Dicky ninggalin aku. Tetes demi tetes air mata ini mulai berjatuhan, kenapa harus kaya gini sih. Aku terus berjalan sambil mengusap airmataku. Karna ini semua bukan akhir  karna sudah lama aku lelah menunggunya, menunggu kepastian hubungan diantara kita itu apa. Ternyata aku baru sadar orang yang mencintai kita adalah orang yang memperdulikan kita  seperti sahabat-sahabatku Nessa dan Dicky.

    0 komentar

  • PENGORBANAN AYAH


    Aku terus melihat ayah dengan sebal saat dia melambaikan tangannya pagi itu untuk berangkat berdagang sayuran di pasar. Aku benar-benar menyesal telah dilahirkan dari rahim seorang wanita berkeluarga miskin. Sekitar lima bulang lalu, ibu pergi untuk selama-lamanya. Saat kepergian ibu, sama sekali tidak ada air mata yang menetes dari mataku. Aku benar-benar benci keluarga miskin ini! ucapku dalam hati. Setelah ayah sudah berbelok, aku langsung berangkat sekolah. Bagaimanapun juga, aku tidak ingin terlihat bareng dengan pedagang sayur itu.
    Di sekolah seperti biasanya. Saat istirahat aku hanya duduk diam di kelas. Aku sama sekali tidak dikasih uang jajan. Penghasilan ayah yang pas-pasan setiap harinya, hanya bisa untuk beli makan untuk di rumah saja. Bekal pun tidak ada. Aku rasa Tuhan tidak adil! Aku benar-benar muak dengan hidupku sekarang! Ingin sekali rasanya aku kabur dari rumah dan mencari keluarga baru yang kaya raya. Tapi aku rasa itu tidak mungkin. Ongkos untuk kabur pun aku tidak punya.
    Saat pulang sekolah, ayah sudah pulang duluan. Kulihat ayah memandangi foto ibu yang telah usang. “Dia itu udah mati! Percuma kalo foto diliatin gitu juga nggak bakal ngebuat dia hidup lagi!” teriakku kemudian langsung masuk ke kamar dan membanting pintu kesal. Terdengar suara tangisan ayah. Tapi aku sudah tidak peduli lagi. Aku kemudian tidur sambil menutup kepalaku dengan bantal gepeng yang usang.
    “Dasar anak tukang sayur! Udah miskin sok ngatur-ngatur lagi lo! Pergi lo dari kelompok gue!” teriak Metha, salah satu temanku, dia memang anak orang kaya. Kemudian aku pergi dari mejanya. Percuma juga jika aku meladeni bentakannya itu, yang ada teman-teman pasti akan menertawaiku karena ucapan Metha yang menjelek-jelekkanku. Aku pun tidak akan menangis dengan ucapan Metha tadi. Ucapan-ucapan seperti tadi sudah menjadi makanan sehari-hariku. Yah, beginilah kehidupanku. Penuh dengan ejekan. Semua ini karena keluargaku yang miskin! Aku benar-benar stress karena kemiskinan!
    “Heh! Ganti pekerjaan kek, Bapak! Aku malu denger semua ocehan temen-temen! Mereka selalu bilang kalo aku anak tukang sayur! Aku malu, Pak! Malu!” teriakku pada ayah sepulang sekolah.
    “May, udah sepuluh tahun Bapak kerja seperti ini. ini memang sudah pekerjaan Bapak, May. Mana mungkin bapak menggeluti pekerjaan lain. Bapak juga tidak punya keahlian, May. Maafkan Bapak” sahut ayah sambil menangis. Aku benci ucapan ayah itu! Bukan itu yang aku mau!
    “Bodo amat! Pokoknya Bapak nggak boleh jadi tukang sayur lagi!” bentakku kemudian masuk ke kamar dan membanting pintu. Di kamar aku menangis. Meratapi nasibku ini. Kenapa buruk nasibku ini? aku benci! Aku benci semuanya!
    Paginya kulihat ayah duduk di depan. Dia tidak pergi ke pasar hari ini. “Pak? Nggak jualan?” tanyaku. Ayah kemudian tersenyum padaku. “Bapak udah nggak jualan sayur, May. Kamaren kan kamu yang bilang supaya Bapak nggak jualan sayur. Sekarang Bapak jualan koran. Dan sebentar lagi juga Bapak berangkat” ucap ayah kemudian. “Ish, dasar! Maksud gue nggak usah jualan sayur, ya jangan jualan koran! Jadi insinyur kek! Biar kita kaya! Kaya raya, Pak!” bentakku kemudian. Ayah menundukkan kepalanya. Sebal melihat ayah, aku langsung pergi untuk berangkat sekolah. Kemudian ayah memegang pundakku dan menyodorkan tangannya. Aku sudah kesal dengan ayah bego itu! Aku tetap pergi tanpa salim padanya. Aku benci dia!
    Tiga bulan kemudian, ayah berganti pekerjaan sebagai tukang koran. Sama saja! Hidupku tidak berubah sama sekali. Sama seperti dulu. Tidak dapat uang jajan, jarang makan dan tidak ada uang untuk kabur dari rumah! aku benar-benar stress ada di rumah! mau pergi juga pergi kemana? Aku sama sekali tidak ada uang. Bosan sekali aku di rumah ini!
    Ayah pulang kemudian duduk di kursi sambil mengelap mukanya yang bercucuran peluh. “May, tolong ambilin Bapak minum. Bapak capek sekali, May” ucap ayah kemudian. “Heh! Enak aja nyuruh-nyuruh lo! Kalo haus, ya ambil minum sendiri! Punya kaki kan? Kalo Bapak nggak punya kaki, baru aku ambilin!” teriakku kemudian pergi meninggalkan ayah sendiri. Kemudian aku pergi keluar rumah. Aku duduk duduk di kursi depan. Sebal rasanya aku dengan ayah. Sudah miskin, sok jadi raja lagi! Minum saja minta ambilin! Punya kaki kenapa harus minta ambilin?! Dasar ayah tidak berguna! Ucapku dalam hati dengan kesalnya.
    Besoknya tiba-tiba ayah pulang dengan babak belur. Ayah meringis kesakitan sambil memegang lukanya. Kemudian aku menghampirinya dan bertanya, “kenapa, Pak?”. “Bapak tadi berantem, May. Ada orang yang mengambil barang berharga punya Bapak” jawab ayah sambil meringis kesakitan. “Ish! Ngapain coba pake berantem segala?! Kayak anak kecil aja! rebutan barang lagi! Anak kecil banget tau nggak!” bentakku benar-benar sebal. Dasar orang tua! Sudah tua bukannya banyak nyari uang, malah berantem kayak anak kecil! Bentakku dalam hati. Ih! Aku benar-benar kesal dengan ayah! Sudah tua, miskin, kerjanya hanya merepotkan saja! Rasanya aku ingin cepat kabur dari rumah ini! Rumah gubug ini!
    Malam harinya, terbelesit pikiran nakalku. Aku tau bagaimana cara kabur dari rumah kali ini. aku berjinjit masuk pelan ke kamar ayah. Kulihat ayah sedang duduk di kursi depan. Saat di kamar ayah, aku langsung mengobrak-abrik lemari baju ayah. Kucari-cari sesuatu itu. Dan akhirnya... ya! Aku berhasil mendapatkannya! Uang itu, uang untuk kabur itu. Aku berhasil mendapatkannya. Selamat tinggal miskin! Ucapku dalam hati sambil tertawa tidak bersuara. Kemudian kumasukan uang itu ke dalam saku baju. Aku bergegas keluar dari kamar ayah. Saat hendak keluar, tiba-tiba ayah sudah ada di depanku. Aku terkejut melihatnya.
    “Kamu kenapa ke kamar Bapak?” tanya ayah padaku. Aku memikir-mikir alasan apa yang masuk akal.
    “Emangnya nggak boleh apa ke kamar Bapak?! Miskin aja pake rahasia-rahasian segala! Dasar miskin!” bentakku kemudian. Aku segera masuk ke dalam kamar.
    Ku hitung-hitung, uangnya berjumlah empat puluh lima ribu. Untuk apa ayah menyimpan uang sebanyak ini? dasar!. Aku berencana, nanti pagi-pagi sekali pergi dari rumah ini. niatku sudah mantab! Aku akan pergi dari kemiskinan ini! pergi dari ayah yang tidak berguna itu! Ucapku dalam hati dengan mantabnya.
    Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap. Saat hendak keluar kamar, tiba-tiba ada perasaan tidak enak. Aku tidak tau kenapa begitu. Hatiku ini, seperti bilang jangan pergi. Aku takut jika nanti terjadi apa-apa dengan diriku. Setelah lama dilema, akhirnya aku putuskan untuk tidak jadi pergi dari rumah. uang ini, lebih baik aku simpan sendiri saja. Cukup untukku membeli baju. Apalagi.. sebenatar lagi hari ulangtahunku. Aku juga ingin bersenang-senang di hari ulangtahunku. Akhirnya aku menyimpan kembali uang itu. Dan tidak jadi pergi dari rumah. sangat kusesali juga. Tapi.. yasudahlah, mungkin memang ini belum waktunya untuk kabur dari rumah.
    Seminggu kemudian, tepat di hari ulangtahunku, aku berdandan serapih mungkin. Hari ini aku akan pergi ke pasar untuk membeli baju dengan memakai uang yang ku simpan itu. Saat di perjalanan, tiba-tiba salah seorang tetanggaku menghampiriku dan berkata, “May, May tunggu! Jangan pergi dulu! Emm.. heh.. emm.. anu... Bapakmu.. heh.. Bapakmu.. kec.. kecelakaan!”. Aku terkejut dengan ucapan itu. Entah kenapa aku sedih dengan ucapan tetanggaku itu. Seharusnya aku senang karena ayah kecelakaan! Jadi tidak ada yang merepotkanku lagi. Tidak ada wajah yang menjengkelkan aku lagi. Tapi kali ini.. aku malah sedih. Saat diajak menengok ayah pun aku mengikuti. Kenapa ini? tanyaku pada diri sendiri.
    Air mataku menetes saat melihat ayah terbaring di kasur rumah sakit. Lukanya ada dimana-mana. Diselimutnya, masih terbekas darah segar bekas darah ayah. Aku langsung menghampiri ayah. Air mataku terus mengalir sedih. Entah mengapa, aku kasian melihat ayah terbaring seperti ini. Memeluknya.. aku malu sekali melakukan itu. Padahal aku sangat ingin melakukan itu.
    Sejam kemudian, ayah sadar. Kemudian dipanggil-panggilnya namaku. Aku pun segera menghampiri ayah. “May, coba tolong liatin kaki Bapak. Bapak merasa tidak nyaman, May. Bapak bener-bener minta tolong kali ini” pinta ayah kepadaku. Kemudian, kubuka selimut ayah dan betapa terkejutnya aku. Kaki ayah.. kaki ayah.. kaki ayah hanya tinggal sedengkul. Kaki ayah ternyata diamputasi. Ayah tidak punya kaki lagi sekarang. Air mataku kembali mengalir saat melihat keadaan kaki ayah sekarang. Tanpa malu, aku langsung memeluk ayah. Sakit hati ini memeluknya. Mengingat perlakuanku kepadanya dulu.
    “May, Bapak haus. Tolong ambilkan minum untuk Bapakmu ini, Nak. Kamu sendiri yang bilang kan, jika Bapak tidak punya kaki, kamu yang akan mengambilkan minum untuk Bapak. Sekarang.. Bapak tidak punya kaki lagi, May. Tolong ambilkan minum untuk Bapak, Nak” ucap ayah menangis. Melihat ayah menangis, aku pun jadi ikut menangis. Kemudian kuambilkan minum ke meja. Hatiku kembali sakit mendengar perkataan ayah barusan. Ayah benar. Dulu aku memang pernah berkata seperti itu. Sekarang, aku benar-benar sedih mengingat kata-kataku dulu itu pada ayah.
    Ayah kemudian memegang tanganku erat. Kemudian disuruhnya aku mengambil sesuatu di bawah tempat tidur ayah. Saat kulihat, ada baju disana.
    “Untuk siapa ini, Pak?” tanyaku kemudian bingung.
    “Itu.. untuk..mu, May. Se.. selamat ulangta... hun ya, May. Maaf se... kali karena Bapak hanya bi.. bisa memberi itu untuk... mu” jawab ayah terbata-bata. Aku kembali menangis mendengar ucapan ayah. Kemudian aku peluk ayah dengan erat. Kuucapkan terima kasih pada yah.
    “Se.. sebenarnya, uang ya.. ng kamu ambil wak... tu it.. tu, mau Bapak ku.. pulkan un.. untuk membeli kado un.. untukmu, Nak. Bapak ta..u karena saat Bapak li... at lemari, u... uang itu sudah ti.. tidak ada” ucap ayah lagi. Kemudian aku merasa bersalah dengan ayah.
    “Maapin aku, Pak. Aku nggak tau kalo uang itu untuk beli kado buat ulangtahunku. Maap, Pak” ucapku malu. Ayah hanya tersenyum padaku. Kemudian dipeluknya aku. Aku sangat merasa bersalah pada ayah. Kenapa aku.. bisa dengan gampangnya berlaku tidak sopan pada ayah dulu? Kelakuanku.. sama saja dengan setan! Aku pun mengumpat diriku sendiri.
    Setelah beberapa jam di rumah sakit, kemudian ayah memanggilku lagi. Aku segera berdiri dari kursi tunggu dan mendekati ayah. Kemudian ayah berkata.
    “Jaga dirimu baik-baik, May. Maaf karena Bapak tidak bisa menemanimu selamanya. Untuk kedepannya, Bapak akan menemani ibumu disana, May. Di tempat yang jauh itu. Bapak sudah memaafkan semua kesalahanmu. Semua kata-kata kasar darimu, May. Karena Bapak tau, kamu bersikap begitu karena Bapak juga yang hidup miskin begini. Sekarang, kamu bisa tenang tanpa Bapak, May. Bapak sangat menyayangimu. Semoga nantinya kamu bisa tumbuh sebagai wanita yang soleha, May”. Setelah berucap kemudian ayah tersenyum padaku. Sebelum akhirnya... dia memejamkan matanya dengan kedamaian.
    “Bapakk!!!! Bapak!!! Jangan tinggalin May, Pak!!! Bangun, Pak!!!! May takut sendirian, Pak!!! May minta maap dengan semua kata-kata May, Pak!!!!! Bapak bangun!!!!! Bapakkkk!!!!!!” teriakku sambil menggoyang-goyangkan tubuh ayah. Tapi ayah sudah tidak mendengar teriakanku lagi. Dia tetap tertidur. Dia diam tidak bergeming. Aku menangis. Kemudian teringat kembali saat aku mengatakan kata-kata kasar kepada ayah. Ayah yang selama ini ternyata selalu menyayangiku. Ini ulangtahun terakhirku bagi ayah. Dan dihari ulangtahun ini, terakhir kalinya aku melihat ayah. Kado terakhir ini... akan aku kenang sampai aku mati. Bapak, maafkan aku, ucapku dalam hati. Tak kuasa aku menahan tangis ini. Ayah sudah tidur untuk selama-lamanya.
    Pertama mendengar suara tangisanmu, sujud sukurku pada-Nya..
    Pertama kali menggendongmu, hati ini begitu terasa senang..
    Pertama kali melihatmu tumbuh, aku berdoa pada-Nya..
    Berdoa semoga kau jadi anak yang berguna, Nak..
    Semua akan ku korbankan demi dirimu..
    Walau nyawaku sekalipun, akan kukorbankan untukmu..
    Untuk membuatmu senang..
    Melihat senyummu, sangat membuat hidupku berarti..
    Melihat air matamu, membuat duniaku ikut bersedih..
    Nak, isilah hari-harimu dengan senyum dan tawa..
    Aku menyayangimu, anakku...
    Selamanya akan tetap menyayangi dirimu..

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    Kumpulan Cerpen Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan