- Home>
- HANYA SEPARUH HARAPAN
Posted by : Unknown
Kamis, 11 Oktober 2012
Kenalin aku Rara,
aku anak rumahan. Aku ngak bermaksud sebagai anak yang ngak uptodate, tapi
penyakit aku yang menyarankan semua ini. Aku punya penyakit yang dikenal
sebagai penyakit leokimia. Penyakit ini sangat membuat aku seperti ratu. Tetapi
aku senang karena semua jadi perhatian sama aku. Dan ngak semuanya enak, ada
juga angak enaknya. Ngak enaknya aku jadi tidak bisa mandiri, pergi main
sendiri seperti temen – temen aku yang lain.
Dan setiap hari
aku harus cuci darah, kalau ngak gitu aku harus kemo. Aku semakin bosan dengan
semua hal – hal yang seringa ku hadapi ini. Hingga suatu saat ada sahabar lama
aku yang menjenguk aku, aku sempet lupa dengan penampilannya. Karena dia
berbeda saat kita masih berusia 8 tahun dulu, dan sedangkan kita sekarangkan
sudah berusia 15 tahun. Sebut saja dia Rora.
Rora yang menjadi
teman main aku dirumah. Dia yang slalu menghibur aku, saat aku bosan berada
dirumah. Aku juga sangat senang dengan Rora, karena dia juga memberitahu aku
bagaimana anak muda sekarang ini dan bagaimana keseruan anak seumuranku dengan
teman mainnya. Pokoknya dial ah yang slalu ada buat aku.
Saat aku cuci
darah aku meminta kepada papa aku untuk memanggil Rora, dan aku mengancam papa
aku kalau tidaka ada Rora aku tidak mau cuci darah. Saat cuci darah
berlangsung, tiba – tiba papa aku dipanggil oleh dokter, jadinya aku menunggu
papa aku hingga keluar dari ruang dokter. Setelah papa aku keluar dari ruangan
dokter, tiba – tiba papa aku membisiskan sesuatu kepada Rora. Setelah berbisisk
– bisisk dengan ayah aku Rora pergi entah kemana!!
Setelah itu hanya
beberapa menit para medis dating menghampiri aku, membawakan kereta dorongnya.
Aku sudah bisa menebak berarti itulah saatnya aku harus berbaring di rumah
sakit. Dokter berkata padaku kalau aku harus semangat,, untuk kata dokter yang
ini aku tidak begitu paham dengan maksudnya? Aku bertanya apa yang sebenarnya
terjadi. Papa dan mama aku hanya terdiam membisu, disaat yang bersamaan dokter
berkata kepada papaku kalau aku harus tahu yang sebenarnya, aku heran apa yang
tidak aku ketahui bukannya papa aku selalu jujur kepada aku.
Saat itu Rora
dating dan papa meminta Rora yang bicarakan semua. Kali ini Rora menangis
seperti hari ini melihat diriku yang etrakhir. Dia berkata dalam pelukan aku,
bahwa penyakit yang aku derita ini tidak adapat disembuhkan karena sudah
stadium akhir. Tanpa aku rasa aku mengis saat aku tatap kedua orang tua aku dan
saat aku menatap Rora. Akumengucapkkan kata maaf untuk papa aku yang slalu ada
buat aku dan mama aku yag telah melahirkan aku dan merawat aku. Serta sahabat
special aku yang slalu ada buat temen aku yaitu Rora.
Saat aku di kemo
aku hanya berdo’a semoga penyakit ini mengalami kebaikan tidak keburukan. Aku
berjuang dalam tidur aku, dan aku berjuang dalam do’a aku. Saat merasa sakit
aku tidak mengeluh sepeti biasanya ke dokter. Dan aku percaya bahwa diriku
masih bisa hidup. Roar yang melihat aku hanya bisa memberikan semangatnya untuk
aku, mama papa aku juga demikian. Aku slalu berdo’a hingga dokter mengatakan
aku mengalami kemajuan, yaitu leokimia aku sudah agak membaik, tidak mengalami
stadium akhir lagi. Hal itu membuat aku merasa bahagia atas perjuangan aku yang
slalu tepat waktu dalam minum obat, dan ketelatenan aku mengikuti terapi.
Papa aku
memberikan aku hadiah jalan – jalan ke suatu tempat yang paling ingin aku
kunnjungi, aku berkata bawa aku ke taman yang ada di komplek ini saja. Mereka
menuruti aku, kami menggelar tikar dan makan – makan bersama, tertawa bersama
dan take picture together. Tapi saat kami masih bahagia – bahagianya, tiba –
tiba aku pusing dan hidungku mengeluarkan darahtanpa etrasa aku pingsan.
Aku tersadar saat
aku telah berbaring di rumah sakit. Aku dalam keadaan yang sangat lemah, aku
sempat membuka mataku dan hanya melihat kedua orang tua aku menangis dan
melihat Rora menangis. Saat yang bersamaan ada seorang yang memakai baju putih
dia berwajah tampan, dia mengajak aku pergi, aku berpikir dia adalaha malaikat
yang menjemputku. Tatpi tidak hany disitu aku bberjuang aku berjuang emlawan
rohku sendiri yang ingin ikut dengan orang tampan itu. Tetapi aku sudah tidak
kuat dan aku mohon kepada orang tampan itu aku ingin menyampaikan kata – kata
terakhir yang berarti untuk orang tuanya.
Aku berkata kepada
mama dan papa aku agar mengabullkan satu permintaan Rora yang mulia itu. Dan
aku juga meminta aku agar aku dikembalikan seperti aku dilahirkan, dan aku juga
mengucapakan sampai jumpa kepada mereka semua. Aku melihat dengan rohku dan
orang tampan itu bahwa mereka menangisi aku dan membanting – banting badan aku
tapi aku hanya terbujur kaku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar