- Home>
- ARTI PERSAHABATAN
Posted by : Unknown
Kamis, 11 Oktober 2012
Bagiku arti
persahabatan adalah teman bermain dan bergembira. Aku juga sering berdebat saat
berbeda pendapat. Anehnya, semakin besar perbedaan itu, aku semakin suka. Aku
belajar banyak hal. Tapi ada suatu kisah yang membuat aku berpendapat berbeda
tentang arti persahabatan. Saat itu, papa mamaku berlibur ke Bali dan aku
sendirian menjaga rumah..
“Hahahahaha!” aku
tertawa sambil membaca.
“Beni! Katanya mau cari referensi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku
menemukan buku dari rak sebelah, mau pinjam atau tidak? Kamu bawa kartu kan?
Pokoknya besok kamis, semua tugas kelompok pasti selesai. Asal kita kerjakan
malam ini. Yuhuuuu... setelah itu bebas tugas. PlayStation!” jelas Judi dengan
nada nyaring.
Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 2 - aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain PlayStation – Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.
Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang - nah, sudah kuduga dia datang kesini.
“Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu?” Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke perpustakaan. Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal.
Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 2 - aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain PlayStation – Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.
Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang - nah, sudah kuduga dia datang kesini.
“Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu?” Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke perpustakaan. Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal.
Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang
Jon dan Judi juga teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah
terjadi sesuatu.
Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “( Eh, itu... )”.
“Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat
seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin
ketakutannya, aku tidak berani pulang kerumah.
“Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni – kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.
Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas, tidak bisa terucapkan kata apapun dari mulut. “...Beni, ayo...satpam” Judi membisiku sekali lagi.
“Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni – kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.
Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas, tidak bisa terucapkan kata apapun dari mulut. “...Beni, ayo...satpam” Judi membisiku sekali lagi.
Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura - tidak
terpikirkan lagi dengan apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik
mendengar ceritaku – ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang
menangkap maling dirumahku. Aku kembali kerumah dibonceng petugas dengan
motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke
rumahku.
“Ya Tuhan!” kaget sekali melihat seorang petugas satpam lain yang datang
lebih awal dari pada aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang
berdarah. Terlihat juga tangan Judi yang luka seperti kena pukul. Satpam
langsung menelpon polisi akibat kasus pencurian ini.
“Jangan kawatir... hehehe... Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka.
Tadi saat kami teriak maling! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah.
Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar dan berpas-pasan dengan ku. Ya
akhirnya kena pukul deh... Judi juga kena serempet mobil mereka yang
terburu-buru pergi” jawab Bang Jon dengan tenang dan pedenya.
Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon “Rumahmu aman - kita memergoki
mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.
”Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Judi dan Ban Jon
datang kerumahku dan kami menjelaskan apa yang tadi terjadi. Anehnya, peristiwa
adanya maling ini seperti tidak pernah terjadi.
“Hahahahaha... “ Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang
tokoh kesayangannya saat main PlayStation. Sedangkan Bang Jon bercerita kalau
dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum
hidungnya kena pukul. Bagaimana caranya? aku juga kurang paham. Bang Jon kurang
jelas saat bercerita pengalamannya itu.
“( Hahahahaha... )” Aku tertawa dalam hati karena mereka berdua
memberikan pelajaran berarti bagiku. Aku tidak mungkin menangisi mereka, malu
dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada pelajaran yang kupetik dari dua sahabatku
ini.
Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka
lebih mengerti ketakutan dan kelemahan diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat
terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk
sahabatnya ( Judi dan Bang Jon salah satunya ).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar